– Serangan stroke bisa terjadi apabila peredaran darah menuju otak tertahan atau jika pembuluh darah mengalami pecahan.
Selanjutnya, area pada otak si penderita tidak menerima asupan oksigen yang memadai sehingga mengacaukan kerja dari sel-sel otak tersebut.
Pada kebanyakan kasus, orang yang menderita stroke biasanya akan merasakan kesulitan dalam pergerakan, bicara, atau bahkan penglihatan. Akan tetapi, gejala stroke ini pun bisa dialami oleh bagian kaki para pasien tersebut.
Selanjutnya, apakah ada gejala strok yang dapat diamati pada kaki?
Gejala stroke pada kaki
Dilansir dari
Optimise Health
Berdasarkan studi pada lebih dari 475.000 pasien Australia yang ditangani di departemen rehabilitasi stroke, sebagian besar atau tiga perempatnya mengalami gangguan pada kaki dan lengan bawah.
Mereka mengalami pengurangan massa otot, kelemahan, serta perubahan persepsi yang berdampak pada kemampuan fungsional kaki dan lengan mereka. Sebagai akibatnya, timbul sejumlah tanda-tanda tambahan atau gejala-gejala sekunder di area kaki para penderita strok tersebut.
Berikut ini adalah sejumlah gejala serangan strok pada kaki yang harus dicermati:
1. Neuropati perifer
Neuropati perifer mengacu pada penurunan persepsi atau kesemutan di kaki dan betis. Hal ini dapat menyebabkan pengidap kehilangan kapabilitas untuk mendeteksi tekstur lantai yang mereka injak.
Hal ini menyebabkan mereka lebih mudah terkena cedera atau luka yang mungkin tidak disadarinya. Bila tidak ditangani secara tepat, lukanya dapat bertambah parah dan berpotensi menimbulkan infeksi serius hingga ulkus kaki.
2.
Foot drop
(kaki terseret)
Keadaan tersebut muncul karena otot di kaki menjadi lemah pasca serangan strok, yang mengakibatkan jarinya tertarik menyentuh permukaan tanah sewaktu sedang bergerak maju.
Pada situasi biasa, otot berfungsi untuk menjaga posisi kaki supaya selalu sejajar dengan lantai. Akan tetapi, bagi mereka yang mengalami serangan strok, kelumpuhan otot membuat kaki terlihat tertarik ketika sedang bergerak maju.
3. Kelumpuhan spastik
Sebagian penderita strok dapat menderita deformitas equinovarus, di mana kaki menjadi ditarik ke dalam akibat dari kontraksi otot yang terjadi tanpa kesadaran.
Sehingga, area eksternal kaki yang tak seharusnya memikul beban tubuh malah menjadi penyangga primer. Hal ini menyebabkan pergerakan menjadi terbatas dan dapat meningkatkan kemungkinan mengalami cedera.
4. Ketegangan di sekitar lutut dan pinggul
stroke dapat mempengaruhi kelenturan persendian di lutut dan pinggul Anda. Jika tidak memiliki otot yang kuat, pergerakan membungkuk atau meregangkan kaki menjadi sulit. Hal ini pada akhirnya membuat seseorang merubah gaya berjalannya untuk mencari kenyamanan.
Sayangnya, hal tersebut malah dapat mengakibatkan permasalahan baru, contohnya rasa sakit pada persendian atau posisi badan yang tak teratur.
5. Kulit kasar, kepingan kulit tebal, dan tumit retak-retak
Pergantian pola pergerakan pasca strok dapat mengakibatkan beban ekstra pada bagian tertentu dari kaki. Hal ini mungkin menimbulkan pembentukan callus, keratin keras, atau hingga retak-retak di tumit.
Bila tidak ditangani secara tepat, keadaan ini dapat menyebabkan nyeri dan makin menambah kesulitan dalam bergerak.
6. Ketidaksempurnaan pada bentuk jari kaki
Masalah perjalanan yang berkelanjutan untuk waktu yang cukup lama bisa merubah struktur jari-jari kaki, misalnya menjadi seperti jari kaki palu atau jari kaki cakar.
Di samping itu, pasien strok juga kerap menghadapi gangguan pada kukunya, termasuk kuku kaki yang tumbuh ke arah dalam atau menjadi tebal hingga susah untuk dipotong.
Tindakan darurat ketika seseorang mengalami serangan strok
Apabila menemukan atau menjumpai gejala-gejala yang mencurigakan sebagai indikator dari serangan strok, disarankan bagi setiap orang untuk langsung berdiskusi dengan profesional kesehatan.
Dilansir dari
Medical News Today
, tindakan yang segera dan akurat bisa menghidupkan kembali korban dan mencegah cedera otak tambahan.
Satu cara sederhana dan terbaik untuk mendeteksi tanda-tanda serangan stroki adalah melalui metode FAST yang merupakan akronim dari
Face, Arms, Speech, Time.
Berikut panduan lengkapnya:
F = Face (Wajah):
Amati jika wajah kelihatan tidak seimbang. Sebagai contoh, bila salah satu sisinya mulut menggantung atau senyumannya nampak condong.
A = Arms (Lengan):
Tanyakan kepada orang itu untuk menaikkan kedua tangannya. Apakah ada yang tidak dapat mengangkat salah satu lengannya atau malah merosot turun?
S = Speech (Berbicara):
Perhatikan bagaimana mereka berkomunikasi. Bisakah mereka menyampaikan frasa dasar dengan jelas? Terdengarkah pembicaraan mereka campur aduk atau sulit dipahami?
T = Time (Waktu):
Apabila seluruh tanda-tanda telah menunjukkan situasi stroke, segerakan panggil ambulance.