×

Permintaan Rendah, Peternak Kecilkan Harapan Harga Daging Ayam Lesu menjelang Idul Adha

Permintaan Rendah, Peternak Kecilkan Harapan Harga Daging Ayam Lesu menjelang Idul Adha

Permintaan Rendah, Peternak Kecilkan Harapan Harga Daging Ayam Lesu menjelang Idul Adha

Peternak merasa kecewa karena harga daging ayam justru menurun mendekati hari raya Idul Adha. Menurut Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi, harga daging ayam ras berada di bawah angka minggu sebelumnya.

Menurutnya, harga ayam potong di pasaran tradisional beberapa waktu yang lalu naik mencapai angka Rp 30 ribu untuk setiap ekornya. Di sisi lain, harga ayam hidup saat ini ditetapkan pada tingkat Rp 17 ribu per kilogram.

“Barulah pada hari Kamis tanggal 16 Mei hingga hari ini, harga ayam potong mengalami penurunan menjadi berkisar antara Rp 26 sampai 29 ribu per ekor. Sementara itu, harga ayam hidup (LB) berada di kisaran Rp 16ribu per kilogram di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, serta Jawa Timur,” katanya kepada , Rabu (21/05).

Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa harga ayam hidup pada level peternak maupun perusahaan juga ikut anjlok. Penurunan tersebut secara alami akan mempengaruhi harga daging ayam menjadi lebih rendah.


Serapan Turun

Ki Musbar menyampaikan bahwa pengurangan harga daging ayam itu terjadi karena menurunya permintaan di pasaran, baik dari kalangan masyarakat ataupun sektor industri seperti hotel, restoran, dan berbagai bidang lainnya.

“Sekira awalnya kita berharap bahwa pada kesempatan merayakan Idul Adha bisa membantu meningkatkan harga ayam hidup serta daging ayam, namun hingga kini harga tersebut masih rendah,” katanya.

Sesuai dengan data dari Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, harga daging ayam saat ini rata-rata mencapai Rp 35.164 per kilogram secara nasional. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Harga Acuan Penjualan Tingkat Konsumen yang sebesar Rp 40.000 per kilogram.

Di Maret 2025, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) sekali lagi merosot. Ini mencerminkan bahwa beban pada kemampuan membeli masyarakat tetap ada dan belum reda.

Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), IKK tercatat turun ke level 121,1, melanjutkan tren penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Pada Februari 2025, IKK berada di level 126,4, dan Januari 2025 mencapai 127,2.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai penurunan ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang melemah.

” Ini bukan hanya sebuah kesimpulan berdasarkan firasat saja, tetapi juga ditandai oleh beberapa indikator ekonomi yang sudah mulai memperlihatkan penurunan,” jelas Yusuf saat diwawancara oleh .co.id, pada hari Rabu (16/4).

Menurut Yusuf, peningkatan penjualan ritel nyata yang terjadi pada bulan Februari 2025 mengindikasikan sikap kewaspadaan konsumen dalam merencanakan pengeluarannya, hal ini semakin diperburuk oleh perlambatan laju peredaran uang. Dia menyebutkan bahwa “Hal tersebut merupakan cerminan dari berkurangannya kelancaran arus kas baik di kalangan masyarakat maupun sektor bisnis.”

Post Comment

You May Have Missed