UNESCO Dukung Restorasi Arsip Pusat Rehabilitasi Disabilitas Prof. Dr. R. Soeharso
Jakarta Godam – Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) Jawa Tengah menggelar kegiatan Koordinasi dan Asesmen Kondisi
Arsip Pusat Rehabilitasi Disabilitas Prof. Dr. R. Soeharso di Surakarta. Acara tersebut dilaksanakan atas dasar kolaborasi bersama United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
Rahmah Nur Hayati, kepala dinas Arsip dan Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah, menyebut bahwa tujuan acara tersebut adalah untuk meninjau kondisi dokumen-dokumen penting dari tahun 1950 sampai 1970 serta mempersiapkan langkah-langkah perbaikan dan pengubahan menjadi format digital. Menurutnya, hal ini sejalan dengan prinsip UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Rahmah menyebutkan bahwa arsip yang dimiliki oleh Pusat Rehabilitasi Soeharso kini sudah dikenal sebagai elemen dari Memori Kolektif Bangsa mulai tanggal 13 Mei 2022, serta dicatat dalam daftar program UNESCO.
Komite Memory of the World untuk Asia dan Pasifik
Pada tanggal 26 November 2022. “Marilah kita menjaga dengan sebaik-baiknya kenangan bersama untuk kepentingan generasi mendatang,” ujarnya seperti yang disebutkan dalam pernyataan tulis, Senin, 20 Mei 2025.
Acara tersebut dilaksanakan di Hotel Noorman Semarang dengan kehadiran 200 partisipan. Ana Lomtadze, seorang Program Specialist dari UNESCO yang menyampaikan pidato melalui jalur daring, menggariskan pentingnya pemeliharaan arsip ini sebagai elemen dari peninggalan dokumen yang mencerminkan martabat, ketahanan, serta kreativitas suatu negara.
Ana menyebutkan inisiatif ini tidak hanya mencakup penyelamatan lebih dari 2.600 item arsip, tetapi juga pembangunan kapasitas melalui pelatihan, lokakarya, pembuatan basis data, serta pameran digital yang dapat diakses oleh akademisi, pendidik, dan masyarakat luas. Dia juga menyoroti peran penting Pusat Rehabilitasi Soeharso dalam sejarah Indonesia dan kawasan Asia-Pasifik.
Menurut dia, dokumen-dokumen tersebut merekam perkembangan pemulihan bagi mereka dengan disabilitas setelah kemerdekaan, berbagai penemuan pada program rehabilitasi inklusif, serta upaya membangun kapasitas komunitas yang juga melibatkan wanita. Terkenal sebagai institusi rehabilitasi pertama dan terbesar di wilayah Asia, Pusat Rehabilitasi Soeharso sudah lama jadi acuan lokal maupun regional untuk layanan dan pembinaan kepada penyandang disabilitas dari tahun 1950 sampai 1970.
Ajang ini melibatkan berbagai pihak termasuk pegawai arsipir dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Badan Kepegawaian Negara Provinsi Jawa Tengah, Pusat Integrasi Profesor Dr. Soeharso, Area Antarabudaya Islam (AAI) Wilayah Jawa Tengah, Kantor Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, serta sejumlah mahasiswa dari Universitas Diponegoro dan Universitas Sebelas Maret.
Post Comment